Tukang Sapu Naik Haji (Puisi Esai)
/1/
Deru Angin membisu
seakan mulut tak sanggup lagi membius
suasana yang menggelitik
Dan menggelikan hati
akankah semua ini terlahir
seperti bayi yang suci?
/2/
Panas yang menyengat
tak mematahkan semangat sang petua
Kulit Masam nan hitam
Ketegaran yang menyelimuti kalbu
membuat kakek tua itu
Membara menyelimuti ubun
Sapto pembersih sampah..
ya, Rahmat.
/3/
Dengan Lapisan baju Kuning
Lingkaran topi
membalut kepala dan rambut yang kian memutih
apalah daya...
usia tak bisa ditentang ..
kehadirannya tak dapat dielakkan
namun...
pria paruh baya itu
tetap tegak menghadapi hidup
yang dijalaninya
/4/
Seorang lelaki berjalan
menyusuri jalan
yang penuh dengan dedaunan kering
dan terik matahari
menyakiti hamparan tubuh mungil
lelaki itu bernama Agus.
seorang pekerja kantoran khusus
selama setahun
ia bergelut dengan kertas-kertas
ia bergelut dengan angka-angka
bergelut dengan data
Penat tak dirasa
sehingga ia menjadi kurus
/5/
Ketika ia berjalan
dan menemui sosok kakek tua
ia merasa iba
ia merasa bahwa
betapa beruntungnya dia
memiliki harta cukup
untuk menghidupi
kedua ananknya dan seorang istri
lalu
ia menghampirinya
dan bertanya
Bapak namanya siapa?, tanya Agus
Sapto mas, Jawabnya
Sudah lama kerja jadi tukang sapu?, lanjutnya
Sudah mas. Sudah 10 tahun saya kerja jadi beginian, jawab Sapto lirih
Agus termenung
terdiam
dan bermuhasabah ..
Bersambung .......
Comments
Post a Comment